JAKARTA, KOMPAS.com - Kesulitan air bersih yang menimpa masyarakat di Bandung merupakan sebuah ironi di tengah keadaan tanah Bandung yang seharusnya subur. Pikiran dasar seperti itulah yang kemudian diangkat wartawan Pikiran Rakyat, Zaky Yamani, dan akhirnya memenangkan Mochtar Lubis Fellowship 2010.
"Bandung dulu tempat yang subur, tapi ternyata sulit air. Bahkan di tengah kota, ada orang harus ambil dari air comberan karena sudah tidak ada lagi air bersih," ujar Zaky saat menerima penghargaan Mochtar Lubis Award 2010, Kamis (22/7/2010), di Jakarta.
Mochtar Lubis Award 2010 adalah penghargaan tahunan yang tahun 2010 ini baru ketiga kalinya. Lazim diketahui, Mochtar Lubis (1922-2004) adalah nama besar dalam jurnalisme di Indonesia. Pemimpin Harian Indonesia Raya itu setia membela kepentingan publik lewat pemberitaan yang gencar dalam melawan korupsi dan sejenisnya.
Zaky Yamani mengaku, proposal untuk mengungkap tentang krisis air bersih di Bandung ini sudah dipersiapkan sejak dua tahun lalu. "Sebelumnya pernah diterbitkan pada tahun 2006 tapi saya lihat masih banyak kurang dan perlu dikembangkan," ujar Zaky.
Proposal bertajuk "Para Pemburu Air: Kesalahan Pengelolaan Air Bersih di Kota Bandung dan Dampak Sosial yang Diakibatkannya" itu akhirnya mendapat Mochtar Lubis Fellowship 2010.
Dengan begitu, Zaky berhak melanjutkan laporan jurnalistiknya dengan bantuan dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) dan akan diterbitkan dalam bentuk buku.
Perwakilan dewan juri, Toriq Hadad, menilai, karya yang menang untuk kategori ini lebih memfokuskan pada unsur kepentingan publik yang digali. "Bobot kepentingan publik sampai 10," ujar Toriq.
Variabel penilaian lain dalam kategori ini adalah magnitude keluasan perhatian publik pada topik kelengkapan proposal, tingkat kesulitan, dan metode kerja yang digunakan.
Kegiatan semacam ini untuk memacu prestasi para wartawan agar menghasilkan karya-karya jurnalistik terbaik yang berguna untuk kepentingan publik.
Di tahun ini, panitia menyeleksi 32 karya berita pelayanan publik, 69 karya features, 63 karya foto jurnalistik, 27 karya investigasi, dan 21 karya liputan mendalam bagi wartawan televisi.
"Bandung dulu tempat yang subur, tapi ternyata sulit air. Bahkan di tengah kota, ada orang harus ambil dari air comberan karena sudah tidak ada lagi air bersih," ujar Zaky saat menerima penghargaan Mochtar Lubis Award 2010, Kamis (22/7/2010), di Jakarta.
Mochtar Lubis Award 2010 adalah penghargaan tahunan yang tahun 2010 ini baru ketiga kalinya. Lazim diketahui, Mochtar Lubis (1922-2004) adalah nama besar dalam jurnalisme di Indonesia. Pemimpin Harian Indonesia Raya itu setia membela kepentingan publik lewat pemberitaan yang gencar dalam melawan korupsi dan sejenisnya.
Zaky Yamani mengaku, proposal untuk mengungkap tentang krisis air bersih di Bandung ini sudah dipersiapkan sejak dua tahun lalu. "Sebelumnya pernah diterbitkan pada tahun 2006 tapi saya lihat masih banyak kurang dan perlu dikembangkan," ujar Zaky.
Proposal bertajuk "Para Pemburu Air: Kesalahan Pengelolaan Air Bersih di Kota Bandung dan Dampak Sosial yang Diakibatkannya" itu akhirnya mendapat Mochtar Lubis Fellowship 2010.
Dengan begitu, Zaky berhak melanjutkan laporan jurnalistiknya dengan bantuan dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) dan akan diterbitkan dalam bentuk buku.
Perwakilan dewan juri, Toriq Hadad, menilai, karya yang menang untuk kategori ini lebih memfokuskan pada unsur kepentingan publik yang digali. "Bobot kepentingan publik sampai 10," ujar Toriq.
Variabel penilaian lain dalam kategori ini adalah magnitude keluasan perhatian publik pada topik kelengkapan proposal, tingkat kesulitan, dan metode kerja yang digunakan.
Kegiatan semacam ini untuk memacu prestasi para wartawan agar menghasilkan karya-karya jurnalistik terbaik yang berguna untuk kepentingan publik.
Di tahun ini, panitia menyeleksi 32 karya berita pelayanan publik, 69 karya features, 63 karya foto jurnalistik, 27 karya investigasi, dan 21 karya liputan mendalam bagi wartawan televisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar